Taman Margasatwa Muara Angke merupakan obyek wisata edukasi konservasi alam yang berlokasi di depan perumahan elite Pantai Indah Kapuk. Taman Margasatwa Muara Angke dengan luas 25,02 hektar merupakan kawasan hutan terakhir yang ada di area Ibu Kota Jakarta. Taman Margasatwa Muara Angke menyajikan ekosistem hutan bakau di Jakarta Utara yang berfungsi sebagai pertahanan terakhir untuk melawan abrasi air laut.
Dari daftar pustaka yang penulis dapatkan bahwa sejarah menunjukkan pada tahun 1939 Taman Margawatwa Muara Angke dengan luas 15,4 hektar dijadikan cagar alam oleh Gubernur Hindia Belanda. Namun, pada tahun 1998 diganti statusnya menjadi suaka margasatwa oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan pelebaran area menjadi 25,02 hektar.
Pada saat penulis berkunjung di Taman Margasatwa Muara Angke sekitar pukul delapan pagi bersama rombongan. Di pintu masuk yang berupa sebuah pondokan, kami mulai memasuki area Taman Margasatwa Muara Angke melewati jembatan kayu yang dibangun dengan sangat rapi.
Saat berada di pusat informasi, kami disambut dengan seorang petugas dari Taman Margasatwa Muara Angke. Surat ijin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BSKDA) yang telah dipersiapkan oleh salah satu panitia kampus dari salah satu perguruan tinggi swasta dari Yogyakarta pun diberikan kepada petugas tersebut.
Hal menarik yang mencuri perhatian dari penulis akan suatu perjalanan sejarah nama Angke yang terpampang di papan informasi Taman Margasatwa Muara Angke. Berikut kutipan dari apa yang penulis dapatkan.
- Diperkirakan dinamai menurut panglima perang Kerajaan Banten, Tubagus Angke, yang memimpin pasukan Kerajaan Banten untuk menggempur benteng Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) pada awal abad ke-16. Sungai tempat pasukan Tubagus Angke bermarkas , kemudia dikenal sebagai kali Angke dan daerah yang terletak di ujung sungai ini disebut Muara Angke.
- Berasal dari bahasa Hokkin, "ang" yang berarti "merah" dan "ke" yang berarti "sungai/kali". Pada Tahun 1740, Belanda membantai 10.000 orang Tionghoa di Glodok yang membuat warna air Kali Angke merah bercampur darah.
- Berasal dari Bahasa Sansekerta, "anke", yang berarti "kali yang dia"
Memulai perjalanan wisata di Taman Margasatwa Muara Angke penulis memasuki area rawa hutan bakau dengan pohon bakau yang berukuran tinggi dan besar. Baik untuk memulihkan kepenatan selama bekerja dengan berusaha bersinergi dengan alam. Warna hijau dedaunan dan warna jembatan yang cenderung kecokelatan memberikan kombinasi nuansa alam yang sungguh menarik.
Sesuai dengan penjelasan, rawa merupakan "pembersih alami" yang berfungsi sebagai sumber penyaringan air yang tercemar. Daerah rawa memberikan kontribusi besar dilihat dari sisi ekonomi, budaya, dan lingkungan hidup sehingga keberadaannya harus selalu dilestarikan. paku laut, prumpung, dan gelagah adalah jenis tumbuhan yang mendominasi area rawa di Muara Angke.
Meneruskan perjalanan melalui jembatan dan mulai menapatkan pemandangan baru saat memasuki area tampat tumbuhan nipah, mulai banyak terlihat di kedua sisi jembatan. Nipah merupakan tumbuhan satu rumpun dengan kelapa yang banyak ditemui di daerah bakau atau di daerah pasang surut dengan kadar garam randah. Daun nipah dapat dianyam dan dijadikan dinding rumah, alas rumah, dan benda anyaman lainnya.
Terlihat burung liar kecil beterbangan dengan bebas di obyek wisata Taman Margasatwa Muara Angke. Seekor burung bangau yang sedang bertengger dengan angkuhnya di sebuah pohon. Kicauan burung yang menyertai perjalanan penulis sepanjang waktu di tempat ini bersama para peserta wisata. Sayangnya penulis tidak dapat melihat wujud cantik makhluk ciptaan Tuhan ini. Karena burung-burung ini merasa lebih nyaman bersembunyi dan memamerkan keindahan kicauannya hanya dari balik pohon-pohon hijau yang rimbun.
Awalnya penulis tidak akan pernah percaya bila diri ini sedang berada di Muara Angke dan berada di tengah kepadatan serta kesumpekan Kota Jakarta, sebuah obyek wisata Taman Margasatwa yang penuh dengan tumbuhan hijau dan habitat liar yang kelihatannya memberikan kesejukan tersendiri serta memberikan keseimbangan alam sempurna untuk Kota Jakarta.
Kami pun mendapat himbauan agar tidak memberikan makanan kepada monyet, karena akan mengganggu lingkaran ekosistem yang terdapat di Muara Angke. Namun, ada saja pengunjug yang bandel dan tetap bersikeras untuk memberikan kue kecil atau pun roti kepada monyet-monyet itu. Monyet-monyet itu liar, namun mereka tidak menggigit atau menganggu para pengunjung.
Setelah puas melihat kelompok monyet, kami pun meneruskan perjalanan wisata kami, hingga samapi di ujung jembatan. Tidak terasa, kami sudah berjalan kurang lebih satu kilo meter. Setelah puas melakukan photo-photo diujung jembatan kayu titik paling akhir, kami kembali melalui jalur yang sama, jalur yang telah kami lalui sebelumnya.
Terlihat dari kejauhan oleh penulis sekelompok siswa sekolah menengah pertama sedang melakukan kegiatan untuk membersihkan kawasan ini. Ternyata ditempat ini selalu ada aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh beberapa karang taruna dan LSM serta beberpa anak-anak sekolah untuk melakukan kegiatan yang positif untuk membersihkan kawassan ini dari sampah yang berserakkan di rawa. Sungguh aktifitas yang dapat memberikan nilai positif dan berdampak langsung dalam bersinergi dengan alam.
Mereka tampak ceria dan giat menjalankan aktivitas ini walaupun berada di bawah terik matahari. Dengan peralatan yang sangat minim, mereka tidak sungkan-sungkan untuk mengambil sampah yang menggenang di air dengan tangan mereka sendiri. Mereka membagi diri dalam kelompok untuk melaksanakan program ini secara efektif. Saya sungguh kagum akan apa yang mereka lakukan untuk memberikan kontribusi pada perbaikan lingkungan hidup.
Tidak jauh dari pengamatan penglihatan penulis. Dibeberapa sudut jembatan terdapat kerumunan fotographer dan beberapa model cantik yang saat itu sedang sibuk melakukan sesi pemotretan . Ternyata Taman Margasatwa Muara Angke merupakan satu spot yang cukup terkenal bagi para fotografer untuk menciptakan karya-karya indah melalui lensa mereka.
Apa yang terlihat dan dirasakan di tempat obyek wisata ini sangat indah dan memiliki kesan tersendiri bagi penulis dan peserta wisata yang penulis bawa. Menurut data yang penulis terima dari berbagai sumber, sampai saat ini, daya tarik Taman Margasatwa Muara Angke terasa sangat kuat. Bukan saja orang-orang dari Jakarta yang melakukan wisata di tempat itu, namun banyak juga orang-orang yang berasal dari pelosok Indoneia, bahkan dari negara tetangga di Asia tenggara dan Eropa, mereka sengaja hadir untuk sekedar menikmati obyek konservasi alam ini.
Keberadaan Taman Margasatwa Muara Angke setiap detik mengetuk hati orang yang mau peduli dan merasakan pentingnya sebuah pembelajaran untuk alam. Mari kita merubah untuk melakukan wisata cerdas dalam memberiakan pembelajaran diri dan generasi muda. Agar tidak selalu tertanam dalam pikiran kita dengan melakukan wisata hanya mendapatkan suatu kesenangan belaka tanpa ada manfaat untuk lingkungan dan alam sekitar kita.
Salam Wisata.
23 komentar
kok bunda baru tahu kalau di sana ada suaka marga satwa
Semoga bermanfaat ya Bun, karena sudah mendapatkan informasi baru di sini.
Sungguh sebuah konservasialam yang besar kontribusinya untuk kelangsungan ekosistim.Salam kenal
Salam kenal kembali Kembali.
Sukse selalu
Salam
wah baru tahu di muara Angke ada tempat konservasi..salam kenal ya
Salam kenal kembali
Alam Indonesia memang sangat Indah. Aku Cinta padamu Indonesiaku :D
kl kesana kayaknya harus rombongan ya..
pengen banget jalan-jalan kesanma tapiiii... duitnya ge gablek
Tidak harus rombongan bila kita mau kesana. Kalau mau kesana dengan rombongan kecil pun bisa. Asal kita melakukan kordinasi terlebih dahulu.
Kalau domisili di Jakarta tidak akan memakan biaya terlalu mahal ko, namin bila tinggal diluar Jakarta tinggal pintar-pintar kita untuk mengatur keuangannya.
Yups.... mencintai hasil karya yang menciptakan salah satu mencintai Sang pembuatnya.
ini beneran ada di Jakarta? wow keren
Masa bohongan. Itukan dalam pengolahan departemen kehutanan. He...x9. Kapan lagi kita bisa menikmat sensati alam hutan pinggir Kota Jakarta dengan segala keunikan komunitas penghuninya.
Semoga ini bisa natural terjaga,,karena melihat kondisi lingkungan sekarang banyak tercemar dan sebagian dijadikan lahan perkerjaan.
Benar sekali Kang, semoga pemerintah bersama masyarakatnya dapat melestarikannya dengan menaga keseimbangan lingkungan di Kota Jakarta.
penasaran sama burung bangaunya ^_^ *maklum aku blm prn liat burung bangau scr langsung :D
Leih enak lihat langsung dilokasi, kita bisa sambil menikmati suasana yang dapat membuat fikiran kita menjadi segar kembali. Apalagi kalu kita senang akan dunia phottography.
ingin sekali ke sana....
Komentar pertama di Ejawantah Wisata
Sukses selalu Pak
Sama-sama, terimakasih kunjungan perdananya. Sukses selalu.
Mau tanya dong, kalau mau berkunjung ke sana apakah harus pakai izin konservasi atau apa gitu.
Tidak dibuka untuk umum ya? seperti bayar tiket masuk atau semacamnya.
Thanks
Objek wisata ini dibuka untuk umum, namun bila ingin melakukan obeservasi untuk edukasi bersama rombongan, sebaiknya melakukan melakukan ijin kepada instasi yang berwenang agar mendapat pengarahan yang benar dan tepat.
Sukses selalu
Salam Wisata
nice artikel min, lengkap dan menarik..
boleh juga dong intip paket wisata jogja
Trima Kasih
Salam Wisata
Terima Kasih atas kunjungan dan komentar anda. Maaf, komentar yang mengandung iklan, spam dan link promosi atau link hidup akan di hapus.
=======================================================================
Thank you for your visit and your comment. Sorry, comments that contain advertising, spam and link promotion or live links will be removed