MUSEUM BANK INDONESIA FENOMENA KLASIK DE JAVASCHE BANK OF BATAVIA


Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia berperan sangat penting demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Bila kita ingin tahu seluk beluk dan sepak terjang Bank Indonesia, kita bisa datang mengunjungi museum Bank Indonesia yang berlokasi persis di seberang  Stasiun Kereta Api Kota Beos. Museum Bank Indonesia terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat. Sejak lahir Museum Bank Indonesia hingga kini telah menjadi wahana penjelajahan yang penuh dengan edukasi dan rekreatif bagi para pengunjungnya.

Sejarah kantor pusat pertama Bank Indonesia merupakan bangunan rumah sakit (Binnenhospital) dan De Javasche Bank yang berdiri pada 24 Januari 1828. De Javasche Bank sendiri memiliki fungsi tempat sirkulasi berbagai macam perdagangan hasil bumi yang datang dari berbagai penjuru wilayah Hindia Belanda.

Dalam perjalanannya gedung ini sempat direnovasi beberapa tahap dan mengalami perluasan, sampai akhirnya ditempati oleh Bank Indonesia yang berdiri pada 1 Juli !953. Setelah kantor Bank Indonesia pindah dan gedung ini tidak terpakai lagi, pemerintah memanfaatkannya sebagai museum yang diresmikan pada 15 Desember 2006. Selanjutnya, museum ini terbuka untuk masyarakat.


Sejak saat itulah Museum Bank Indonesia melakukan pembenahan dan mempercantik diri untuk kepuasan pengunjungnya. Puncaknya adalah pada saat Presiden Republik Indoneisa, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kembali museum ini pada tanggal 21 Juli 2009. Semenjak itu, tampilan dalam Museum Bank Indonesia lebih terlihat mantap. Kaya akan visual modern-klasik dan mengajak untuk memasuki lorong waktu sejarah yang mengesankan.

Jangan kaget bila di dalam Museum Bank Indonesia ini kita dapat menemukan banyak jenis dan bentuk uang. Sebelum menjelajah lebih jauh, penulis dan para peserta harus melewati pintu kasir dan dipandu sembari diberi informasi tentang sejarah Bank Indonesia secara umum lewat monitor yang bisa dioperasikan sendiri.

Setelah kita melalui itu semua, maka kita akan mengalami sensasi petualangan yang menggembirakan di Museum Bank Indonesia. Kita akan memasuki suatu moment langka yang terdapat di dalam Museum Bank Indonesia, yaitu dimana kita dapat merasakan permainan mandi uang. Dan di lorong yang tidak terlalu besar, kita akan bisa menangkap uang logam yang berterbangan pada layar yang melengkung tanpa harus memegangnya secara nyata.


Setelah kita berhasil menggenggamnya, maka kita akan mendapatkan informasi dari mata uang yang didapatkannya. Mainan yang mebuat kita hanya dalam suatu atmosfer interaktif di dalam Museum Bank Indonesia. Wahana ini ditunjang dengan menggunakan proyektor multimedia yang menjadi salah satu wahana favorit bagi setiap peserta wisata yang penulis dampingi ditempat ini. Kita akan diajak bagaikan berada dinegeri khayalan dalam dunia mimpi yang sedang dihujani uang.

Perjalanan terus berlanjut, menuju ke arah ruang teater yang menyuguhkan film-film menarik. tentunya dengan kemasan yang dijamin tidak membosankan. Di bioskop mini itu kita atau pun pengunjung dapat menyaksikan sinema tiga puluh menit tentang sejarah Bank Indonesia. Ruang Teater yang dapat menampung enam puluh orang ini sangat nyaman, sehingga informasi penting yang ada dalam rangkaian cerita filmya bisa lebih gampang diserap. Pengetahuan soal visi dan misi Bank Indonesia serta perannya menambah pengetahuan kita.

Menikmati sajian pertunjukan dalam teater di Museum Bank Indoneisa membuat tubuh ini malas beranjak dari tempat duduk studio mini yang sejuknya terasa hingga ke daging dan tulang. namun, kita harus melanjutkan perjalanan menuju ruang sejarah pra-Bank Indonesia. Persis setelah keluar dari rung teater, kita akan diajak untuk memasuki ruangan medium masa lampau.

Pada dinding awal ruangan terbentang peta kuno sebagian daratan Asia. peta zaman dahulu kala yang menggambarkan penuh sumber kekayaan alam. masih diruang yang sama, panel aktiitas perdagangan sebelum kedatangan bangsa Barat samapai terbentuknya Bank Indonesia menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang disuguhkan lewat papan informasi dan televisi modern. kali ini, display elektronik otomatis-lah yang menajadi pemandu setia dalam menjelaskan lewat audio visual canggih perihal sejarah kondisi ekonomi, politik sepanjang masa.

Di ruangan ini kita cukup menggunakan ujung ibu jari untuk untuk menyentuh layar monitor display agar dapat mengikuti kronologi perekonomian Indonesia mulai dari Masa Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang, Masa Revolusi Fisil, Masa RIS, hingga Masa Berdirinya Bank Indonesia.

Di Museum Bank Indonesia kita juga dapat langsung berkenalan dengan sejarah kelembagaan Bank Indoneisa. Secara garis besar kita dapat memahami fungsi Bank Indoneisa sehubungan dengan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran dari beberapa kurun waktu. Banyak sekali peran Bank Indoneisa bagi pemerintah dan bagi pengembangan sektor swasta, terutama usaha-usaha kecil lewat pemberian kredit kepada perbankan.

Kita bisa melihat sekilas metamorfosis logo Bank Indonesia, mulai dari tahun 1953 sampai yang terakhir tahun 2005. Sampai saat ini logo Bank Indonesia sudah mengalami tujuh kali perubahan. Pengubahan bentuk logo yang dilakukan Bank Indonesia semata-mata bermaksud agar lembaga tersebut lebih berwibawa dan semakin berkarakter.

Dari semua ruang pamer, ruang emas moneter menjadi favorit penulis dan para peserta wisata. Di sini, kita akan melihat tumpukan batangan emas yang dilindungi oleh kaca transparan. Mengkilau, memancarkan cahaya, dan menggambarkan simbol kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Batangan emas yang memiliki kadar emas 99,99 % tiap batangnya, dan memiliki ketebatan 4 cm serta berat 13,5 kg. Emas tersebut didimpan sebagai cadangan devisa Negara dan biasanya digunakan jika negara mengalami krisis politik dan ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar mata uang.

Di dalam ruang numismatika kita hanya dapat merasakan cahaya sinar lampu temaram yag terdapat banyak kepingan dan lembaran uang, serta uang terbitan khusus yang sangat langka. Uang-uang ini dibagi ke dalam sembilan kelompok dan dipilih berdasarkan periode terbitnya. Contoh-contoh uang yang pernah dipergunakan di Nusantara itu mampu mebuat decak  kagum. Betapa tidak, di sini ada uang kertas Bank Indonesia yang pertama kali dikeluarkan paa tahun 1952. terdiri atas tujuh pecahan mulai dari Rp. 5 hingga Rp. 1.000,-


Di sini kita dapat menemukan uang seperti robekan karung beras bernama Kampua, uang kerajaan Buto, Sulawesi Tengara yang diprediksi pernah dijadikan alat tukar pada abad ke-14 - 19. Kita juga dapat menemukan uang Token yang hanya terbit di komunitas tertentu. Biasanya di perkebunan, di tempat rekreasi dan tempat perjudian. uang Token bentunya berbagai macam (segitiga, segolima, bundar) dan terbuat dari kertas, kayu, bambu, dan logam.

Mengamati semua koleksi yang bertebaran di Museum Bank Indonesia kita akan berhenti sejenak untuk diajak berpikir, apa yang kita lihat didalam berupa uang sobekan kertas dan logam di dalam Museum Bank Indoensia merupakan koleksi yang bertebaran merupakan kepingan kabar yang bila kita satukan menjadi sebuah cerita perjalanan bangsa Indonesia

Jakarta yang merupakan kota metropolitan yang memiliki kisah historis yang unik dan mengagumi untuk ditelusuri dan dinikmati dengan sudut kacamata yang berbeda. Dimana kita akan selalu menemukan hal baru dan istemewah dibalik sebuah cerita dalam sejarah setiap gedung-gedung tua yang ada di Kota Tua Jakarta.

Selamat menikmati indahnya Kota Jakarta dari nuansa yang berbeda.


Salam Wisata,
Facebook +Google Twitter Digg Technorati Reddit

Written by : Indra Kusuma Sejati - Describe about us

Website blog ini berisikan informasi tempat wisata yang indah, kaya dengan panorama keindahan alam, flora, fauna, kuliner seni, dan budaya Indonesia yang unik dan eksotis. Dengan sarana akses reservasi hotel atau penginapan, sewa mobil, dan tiket pesawat secara online. Info dunia traveling. yang kami kutip dari berbagai pengalaman pribadi dan beberapa sumber.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Artikel Terkait:

2 komentar

Pak Indra, saya ngiler melihat tumpukan emas yg ada dalam museum ini. Punya 4 batang saja sdh kaya ya Pak hehehe..

Iya Bu..... jangankan empat, satu saja bingung bawanya. Apalagi nyimpannya. He...x9

Terima Kasih atas kunjungan dan komentar anda. Maaf, komentar yang mengandung iklan, spam dan link promosi atau link hidup akan di hapus.
=======================================================================
Thank you for your visit and your comment. Sorry, comments that contain advertising, spam and link promotion or live links will be removed

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus