Taman Fatahillah pada waktu itu terkenal dengan sebutan Standhuisplien atau "Taman Balaikota" karena diselatan alun-alun ini terdapat Balaikota yan dibangun pada tahun 1710 dan kini bangunan tersebut difungsikan sebagai Museum Sejarah Jakarta. Di tengah Taman Fatahillah terdapat air mancur untuk keperluan air bersih pada abad 18.
Disebelah timur Taman Fatahillah terdapat terdapat deretan gedung tua, dan salah satunya adalah sebuah gedung yang dahulu merupakan gedung milik perusahaan "Geo Wehry" yang dibangun pada tahun 1912. Sejak tahun 1939 digunakan sebagai Museum Oude Batavia dan pada tahun 1975 hingga saat ini dijadikan Museum Wayang.
Disebelah utara Taman Fatahillah terdapat gedung Kantor Pos gedung bekas PT. Jasindo, gedung bekas milik Dasaad, serta satu bangunan kuno yang difungsikan sebagai Cafe Batavia. Dahulu diantara deretan gedung tersebut terdapat sebuah meriam diantara deretan gedung tersebut terdapat sebuah meriam Portugis yang oleh masyarakat diberi nama Si Jagur.
Meriam ini sebelumnya berada di Malaka. Setelah berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis pada tahun 1641, Belanda membawanya ke Batavia. Sekarang meriam tersebut ditempatkan di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta.
Taman Stasiun Beos. Taman ini dikenal masyarakat Jakarta, khusunya sekitar Kota tua. Karena terletak persis didepan stasiun (kereta api) Beos atau Stasiun Kota. Banyak juga yang menyebutnya sebagai Taman Stasiun Kota. Taman ini sering sekali di kunjungi para wisatawan, atau pun sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda di daerah kota tua Jakarta.
Tugu jam yang berada di tengah-tengah taman masih dapat kita saksikan dibangun dengan gaya Art Deco, sesuai dengan gaya gedung-gedung sekitar tahun 1920. Taman Beos kini telah berubah fungsi dengan adanya terowongan sebagai Tempat Penyeberangan Orang (TPO) serta dimanfaatkannya sebagian lahan untuk halte pemberhentian Trans Jakarta koridor I.
Menikmati keindahan Kota Jakarta degan segala keunikan tempat yang memiliki historis sejarah, merupakan keasyikan tersendiri yang dapat kita nikmati dalam menjelajah gedung-gedung tua yang menjadi saksi-saksi bisu di Kota Tua Jakarta. Selamat menikmati keindahan Kota Tua Jakarta di sana kita dapat menemukan sebuah Taman Fathillah Alun-Alun Batavia Punya Cerita.
Salam Wisata,
1 komentar:
Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir pembayun, seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya mataram dan mangir bersatu mengusir penjajah Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Utari Sandi Jayaningsih, Penyanyi batavia yang akhirnya memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipenggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Imogiri, Spionase mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir,
Terima Kasih atas kunjungan dan komentar anda. Maaf, komentar yang mengandung iklan, spam dan link promosi atau link hidup akan di hapus.
=======================================================================
Thank you for your visit and your comment. Sorry, comments that contain advertising, spam and link promotion or live links will be removed